saat ini ketika monelah kebelakang selalu teruap syukur tiada tara, seorang anak yang biasa - biasa saja dan dari keluarga yang sederhana bisa melanjutkan pendidikan tanpa mengeluarkan uang satu sen pun, berjuang untuk masa depan dirinya dan keluarga di bangku kuliahan tanpa membebani orang tua adalah bagai surga dunia yang mempunyai kenikmatan dan kepuasan langit ke tujuh.
bagai hujan di gurun pasir, ketika melihat namanya tampak dengan gagahnya di halaman internet dengan judul lulus, semua perasaan campur menjadi satu. lega karena bisa meringankan beban orang tua, khawatir karena akan berkelana meninggalkan orang tua di rumah, senang karena kelulusan ini sebagai lilin bagi keluarga nya dan sedih harus meninggal kan sesuatu yang berharga yaitu teman.
kelulusan yang tak disangka, karena awalnya hanya setengah hati untuk mengikuti tes nya, tapi dorongan orang tua dan nasehat yang selalu membasahi hati dan pikiran akhirnya bisa melunakkan hati ini walau terbuat dari batu karang yang kokoh. walaupun harus merelakan impian nya menjadi geologis melayang, tapi tak ada penyeselan karena dirinya yakin semua yang di lakukan dengan sungguh - sungguh akan membuahkan keberhasilan
pria dan wanita yang sebagian rambutnya telah memutih pun mengantar ke bandara, wanita yang mulai rapuh itu, yang selalu menyayangi anaknya, yang selalu merawat anaknya dengan telaten. pada hari itu dia harus merelakan anak bungsunya pergi jauh meninggal kan rumah. keadaan berubah menjadi haru biru ketika wanita renta itu tak tahan menahan air matanya. saat sang anak mengucapkan salam terakhir, sang wanita sekaligus ibunya pun membalas dengan suara yang berat dan kucuran air mata. saat itu air mata anak itu ingin keluar dari tempat penyimpanannya, tapi air mata itu tertahan karena sang pria sekaligus ayah mengucapkan salam terakhir dengan penuh ketenangan seakan mereka berdua akan baik - baik saja ketika aku pergi jauh. keteguhan hati sang ayah dan kelembutan hati sang ibu lah yang mengantar anak itu terbang ke pulau seberang untuk selalu menjaga lilin harapan bagi keluarganya.
anak yang penuh semangat itu pun di sambut oleh senjanya jakarta, kekaguman atas kota tersibuk di negara ibu pertiwi pun tak pernah melayang dari pikirannya. melihat mobil yang begitu banyaknya, melihat gedung yang begitu tingginya semua membuat dia seakan terhanyut dengan kemewahan jakarta. kampus tempatnya menimba ilmu tidaklah besar, tapi cukup untuk membekalinya ilmu untuk masa depan. kampus yang hanya terdiri dari dua gedung yang tinggi pun menjadi rumah nya, teman - teman dari seluruh penjuru indonesia pun menjadi keluarganya.
perkuliahan dimulai sama artinya beban satu ton di taruh di pundak kecil anak itu, syarat agar beasiswanya terus berlanjut adalah IP 3 di tangan.sangat sulit bila di pikirkan, tapi akan sangat mudah bila kita berusaha. dengan perjuangan, ketekunan dan kedisiplinan akhirnya ketika kenaikan tingkat namanya di panggil untuk menerima piagam penghargaan IP tertinggi ketiga di jurusannya. peringkat tak membuat dia congkak hati karena dia tahu perkuliahan hanyalah kolam renang, dunia kerja adalah lautannya. sebelum ilmu nya di aplikasikan di dunia kerja maka dia tidak akan bangga.
tingkat dua mulai hinggap, target baru harus di canangkan. tapi, semangat yang telah menggebu itu jatuh luluh lantak karena kebingungan terhadap pelajaran, maklum anak ini adalah lulusan SMA dan tingkat dua di perkuliahan dia harus mempelajari yang baru yaitu mesin alat berat. kegundahan, keresahan dan kekhwatiran mulai menyelimutinya. dia selalu bertanya pada dirinya sendiri. bagaimana kalau beasiswa saya putus? orang tua saya sanggup membayar atau tidak?. akan tetapi keluarga barunya yaitu teman selalu membimbingnya dalam pelajaran. awalnya terasa neraka, lama kelamaan air surga mulai menyejukkan hidupnya. terimakasih teman.
praktek lapangan pun menanti, semua apa yang dipelajari sudah saatnya diterapkan.anak ini pun sangat menggebu untuk mengetahui seberapa efektif pemahamannya. Pekanbaru, riau pun sebagai rumah barunya, selama 5 bulan dia akan menimba ilmu secara langsung bukan dikelas lagi, tapi belajar dengan menyentuh, merasakan, mengerjakan dan memahami
rintik hujan menyambutnya di pekanbaru, sejuk dan suasana nya seperti kampung halaman membuat di nyaman dengan rumah barunya. tak lama setelah burung besi yang mereka tumpangi mendarat, perwakilan dari kantor menjemput. sikap ramah dan menyenangkan saat menyambut, membuat anak itu tambah merasa nyaman.
keesokan harinya anak itu mulai praktek lapangan. ternyata tak hanya belajar secara materi yang anak itu dapatkan akan tetapi banyak pelajaran kehidupan yang dia dapatkan juga. keringat yang keluar mengingatkan anak itu betapa susahnya orang tuanya mencari uang untuk anaknya, keringat yang keluar dari pori - pori kulit pun menjadi tanda kalau hidup di atas kaki sendiri itu tidak mudah. syukur selalu dia ucapkan atas apa yang dia dapat selama ini, dan tekad yang harus di jaga untuk harapan keluarganya.
lima bulan sudah anak itu praktek kerja, banyak pelajaran yang dia dapat terutama pelajaran kehidupan. pekanbaru pun sangat nyaman ditinggali terlebih karena orangnya sangat ramah. berat rasanya untuk meninggalkan pekanbaru dan seisinya, meninggalkan rekan-rekan kerja yang sangat sabar dalam membimbing, dan meniggalkan teman berbagi cerita. anak itu berharap suatu saat nanti dia bisa kembali ke pekanbaru. I LOVE Pekanbaru.
Tingkat akhir pun menanti, tugas akhir sebagai syarat lulus dari perkuliahan pun menjadi penantang terberat untuk membuat anak itu lulus. bontang suatu kota di kalimantan timur pun menjadi destinasi selanjutnya anak itu dalam menuntaskan tugas akhirnya, sampai sekarang anak itu masih berjuang. doa orang tua dan dororngan dari teman - temannya pun menjadi bahan bakar abadi untuk selalu membuat semangat dalam diri berkobar. doa kan anak ini ya teman - teman
Comments
Post a Comment